My Only One
Chapter 15: Cinta itu bukan kamu
Author: Minli Minri
Jiyeon’s Pov
“Oh Tuhan, jadi Minho Oppa adalah ayah dari anak Sulli ?
lalu apakah mereka pernah menikah, atau ?” gumamku dalam hati.
Hatiku terasa sakit, sangat sakit mengetahui kenyataan bahwa
Minho Oppa adalah seorang ayah.
Aku tak tahu bagaimana
ini semua dimulai, tapi aku menyukaimu Oppa, aku menyukaimu lebih dari apapun.
Sekarang kau telah bertemu dengan seseorang di masa lalumu, kau bertemu dengan
putrimu, aku takut, aku takut kau menjauh dariku. Aku tak siap kalau harus
kehilanganmu Oppa.
Air mata perlahan turun dari mataku.
“Jiyeon.” Aku mendengar Suli menggumamkan namaku, Sulli dan
Minho Oppa terlihat terkejut dengan keberadaanku.
Aku segera menghapus air mataku dan berlari menjauhi mereka,
aku berlari dan terus berlari secepat yang aku bisa.
Aku masuk ke mobilku dan menjalankannya dengan kencang.
“Jiyeon-sshi…Jiyeon…..!” Aku mendengar Minho Oppa
memanggilku dan aku melihatnya daro spion mobilku sedang berlari mengejar
mobilku. Aku tak ingin mempedulikannya, aku semakin mempercepat laju mobilku.
Jiyeon memasuki rumah Minho dengan air mata yang masih jatuh
dari matanya, manager Minho yang melihat Jiyeon seperti itu menjadi bingung
sendiri.
“Jiyeon-sshi, kau kenapa ?” Tanya manager Minho
Jiyeon tak mengindahkan pertanyaan manager Minho, dia terus
berjalan lurus dan penuh amarah menuju kamar Minho.
Jiyeon membuka laci di samping tempat tidur Minho, dan
mengambil album photo milik Minho.
“Jadi ini semua jawabannya kenapa kau punya foto Sulli, Oppa
?” Kata Jiyeon sinis seolah sedang berbicara dengan Minho
-
Flashback –
“ Kau tunggulah di sini dulu Jiyeon-sshi, aku akan mandi
terlebih dulu.” Kata Minho
“Ne, Oppa.” Jawab Jiyeon
Minho tersenyum pada Jiyeon kemudian pergi meninggalkan
Jiyeon menuju kamar mandi.
Jiyeon melihat – lihat kamar Minho, dia bangun dari duduknya
dan berjalan – jalan di sekekeliling kamar Minho.
“Kau sungguh rapi untuk seorang pria Oppa.” Kata Jiyeon yang
mengagumi kamar Minho.
Jiyeon berjalan menuju meja kecil di dekat tempat tidur
Minho, dia melihat foto Minho dalam figura putih yang ada di sana, dan dia
mengambilnya.
“Kau begitu tampan.” Kata Jiyeon sambil memandangi foto
Minho dengan tersenyum
Jiyeon meletakkan lagi figura foto Minho ke tempatnya semula.
Jiyeon membuka Laci meja tadi, dia melihat sebuah album foto
klasik yang masih terlihat bagus.
Perlahan Jiyeon mengambil album tadi dan membuka cover album
tersebut.
Di halaman pertama Jiyeon melihat tulisan tangan Minho,
“No One can replace you, forever….”
Jiyeon tersenyum membaca tulisan itu, dalam hatinya, dia
berharap ada fotonya di dalam sana.
Jiyeon meneruskan membuka lembar kedua, dia mengernyitkan dahinya
ketika melihat foto Sulli berada di sana.
“Bukankah ini desainer Choi Sulli.” Kata Jiyeon keheranan
sendiri
Jiyeon kemudian
membuka lembar yang lain, dan semua berisi foto – foto Sulli.
“Ini seperti foto yang sudah lama, desainer Choi terlihat
sangat muda di foto ini.” Gumam Jiyeon lagi
Jiyeon diam dan memikirkan sesuatau
“Darimana Minho Oppa mendapat semua foto ini ? benarkah ini
milik Minho Oppa?” Jiyeon bertanya, tepatnya pada dirinya sendiri
*Klek*
Jiyeon mendengar suara pintu kamar mandi di buka, dia segera
menaruh album foto tadi ke tempatnya semula dan dia kembali duduk seperti tadi.
Minho keluar dari kamar mandi dan melihat Jiyeon terlihat
agak gugup.
“Wae?” Tanya Minho pada Jiyeon
“Ani.” Jawab Jiyeon sambil tersenyum kemudian dia pergi
keluar kamar Minho untuk membiarkan Minho ganti baju.
-
Flashback End –
“Maafkan aku Oppa, tapi aku harus melakukan ini.” Kata
Jiyeon sambil mengambil korek api dari tasnya dan bersiap menyulut api pada
album foto Minho.
Jiyeon hampir membakar album Minho, namun tiba – tiba sebuah
tangan menahan tangannya sehingga dia tak dapat menyulutkan api ke album photo
itu.
JIyeon menoleh, matanya masih penuh dengan air mata.
“Minho Oppa.” Gumamnya
Minho mengibaskan tangan Jiyeon sehingga korek api tadi mati
dan jatuh ke lantai, kemudian Minho megambil album photonya di tangan Jiyeon
yang lain.
“Minho Oppa…” Kata Jiyeon sedikit takut
Minho memandang Jiyeon dingin, sangat dingin.
“Jiyeon-sshi, kenapa kau melakukan ini?” Tanya Minho
Jiyeon hanya diam dan memandang Minho dengan pandangan
bersalah
“Kau tahu betapa ini berharga untukku ?” Kata Minho lagi
Jiyeon masih diam dan kali ini dia menundukkan wajahnya.
Minho mendengus kesal dan menarik JIyeon untuk keluar dari
kamar Minho.
Minho dan Jiyeon saat ini sedang duduk di taman di depan
rumah Minho, mereka hanya diam satu sama lain.
“Aku menyayangimu Oppa.” Kata Jiyeon tiba – tiba sambil
memandang Minho
Minho melihat Jiyeon, terdapat keraguan dalam tatapan
matanya, kemudian Minho kembali menghadap ke depan.
Minho merasa ragu dengan perasaannya sendiri sekarang, di
satu sisi dia dulu sangat menginginkan Jiyeon, namun di sisi lain kini ada
Sulli dari masa lalunya yang kembali datang.
Tiba – tiba bayang – bayang Sulli datang, Minho mengingat
pertama kali ia mulai jatuh cinta pada Sulli saat masih sekolah dasar, dia
mengingat bagaimana dulu dia selalu mengikuti Sulli kemanapun, dia mengingat
pernikahannya, dan dia juga mengingat pertemuannya di tempat meeting produksi
film saat itu. Bayang bayang Sulli datang silih berganti, kenangan bersamanya
mengahampiri pikiran Minho seperti film yang diputar perlahan.
Minho memandang Jiyeon sekali lagi dan memantapkan hatinya.
“Terkadang ketika kita mengingat satu kejadian di masa lalu,
kita sadar bahwa hal itu sama sekali tak sama dengan apa yang kita kira
sebelumnya, ketika ada seorang gadis memasuki kehidupanku, apakah kemudian aku
akan jatuh cinta padanya ? atau justru tidak ?” Kata Minho sambil memandang
lekat mata Jiyeon.
Jiyeon mulai berkaca – kaca.
“Mungkin itu hanya obsesi yang kekanak – kanakan atau
mungkin hanya sepenggal angan – angan saja.” Lanjut Minho, dia memalingkan
wajahnya dan menghadap ke depan sekarang
“Cinta itu adalah sentuhan, sentuhan dalam hati kita. Cinta
itu adalah perasaan, perasaan untuk dicintai dan mencintai. Cinta itu adalah
keinginan, keinginan untuk menjaga dan di jaga. Cinta itu adalah kebebasan.
Dan…..Cinta itu bukan kamu, Jiyeon-sshi.” Kata Minho, Minho menoleh pada Jiyeon
saat mengucapkan kata terakhir.
Jiyeon menundukkan wajahnya dan tak dapat lagi dia menahan
air matanya. Air matanya jatuh bebas di pipi putihnya.
Minho menepuk pundak Jiyeon tiga kali dan dia beranjak dari
duduknya untuk masuk ke rumahnya meninggalkan Jiyeon sendiri.




Daebak eon, next chapter nya buat lebih panjang dong eon ceritanya :)
BalasHapusAhh daebak. Kasian juga sih jiyeon,tapi kan emng bener cinta itu gk bisa dipaksa,jdi hrus tetep sama sull
BalasHapusaku bahagia deh baca chapter ini :*
BalasHapus