mmmm.... para penggemar brand korea Etude House, para Minsullians, para Sullians, dan mungkin para Shawol udah tau kan kalau mulai tahun 2013 ini Sulli f(x) menjadi salah satu ambassador produk Etude House bareng Krystal f(x) dan juga SHINee...
Semenjak Sulli jadi salah satu iconnya Etude House nih, aku jadi demen banget sama produk-produknya, apalagi yang di iklanin Sulli.kyaaaaaa
Nah dan di sini aku cuma mau share foto Sulli Etude House yang boleh nemu dari mbah google... creditnya dari berbagai macam sumber digoogle.... dan aku enggak oline shop atau jual barang etude house loh ya... jangan salah sangka (kekeke)....
udah segini dulu share piku-pikunya Sulli di Etude House....mungkin lain kali bakal buat postingan tentang video-video Sulli di Etude House (amin moga-moga bisa tercapai)
papai....
Minho - Sulli
Yes, I am MinSullians, and I love to be :)
Diberdayakan oleh Blogger.
See! Clock
Mengenai Saya
Minggu, 15 September 2013
MY FAVORITE MINSUL MOMENT [SEBAGIAN]
Nah ini salah satu cuplikan dari Amazing f(x) dimana Minho telpon Sulli.Ini salah satu moment yang paling aku suka, karena di sini ekspresi Sulli dan suara Minho di telepon itu nggak bisa bohong... They're just like a lovey dovey couple......
Nah ini juga BTSnya TTBY... di sini mereka senyum bahagia banget.... plusnya nih mereka juga sempet-sempetnya pegangan tangan.... Lupa kali yah mereka kalo di depan kamera...hahahaha
coba video di atas... aku suka pake banget deh....
Sebenernya masih banyak lagi sih favorite aku, bahkan mungkin hampir semua minsul moment itu favorite aku semua......pokoknya Minsul Jjang deh!!!
papay....
Categories
choi jinri,
choi minho,
f(x),
kpop,
kwanghee,
lee hyunwoo,
minho choi,
minsul,
moment,
story,
to the beautiful you
[ONESHOT] PAINFUL LOVE
Tittle: Painful Love
Cast: Just Sulli and
Minho
Genre: Sad
Author: MinLi MinRi
NB: Yang ditulis miring adalah sebuah flashback. Mianhe jika gaje.
Jika aku mampu
mengendalikan perasaanku, mungkin aku tak akan berakhir seperti ini.
Seharusnya, dari awal aku tak pernah menyambut uluran tanganmu dan seharusnya
aku mengabaikan senyum menawan yang kau lemparkan hari itu.
“ Sulli-ya….” Teriak seorang laki – laki, ia
berlari ke arah seorang gadis yang terduduk lesu di bawah guyuran hujan. Ia
menerjang derasnya hujan yang turun kala itu, ia tak peduli meskipun tubuhnya
harus basah kuyub, yang terpenting baginya saat ini adalah menyelamatkan teman
perempuan yang ( diam – diam ) ia cintai.
Ia meraih kedua sisi pundak gadis itu.
Tangannya sedikit bergetar, rasanya ingin sekali ia memeluk gadis pujaannya.
Tapi, ia tak bisa melakukan itu karena dia bukan siapa – siapa.
“Sulli-ya…” Ucap laki – laki tadi, kali ini
ia mencoba untuk memegang kedua pipi gadis dihadapannya meski dengan tangan
yang bergetar.
Gadis itu mengangkat wajahnya, dan
memberanikan diri memandang bola mata bening di hadapannya.
“Minho-ya” Lirih gadis itu, suaranya hampir
tak terdengar karena kerasnya suara hujan yang turun.
Belum sempat berkata apa-apa, gadis itu
sudah menghambur dalam pelukan Minho. Jantung Minho seperti ingin berhenti
seketika itu. Tangannya menggantung antara enggan membalas pelukan gadis itu
dan ingin memeluknya erat seakan tak ingin melepaskannya lagi.
“ Semua akan baik-baik saja Sulli-ya.” Kata
Minho akhirnya membalas pelukan Sulli.
Sulli terisak dalam pelukan Minho tanpa
suara, namun tangisnya semakin menjadi saat Minho mengusap punggungnya bagai
seorang ayah yang sedang mendiamkan putrinya yang sedang menangis.
Kau mengangkatku
dari rasa sakit yang ku rasakan sebelumnya, tapi tiba – tiba kau
menghempaskanku, kau membuat aku terjatuh sangat dalam. Dan kau tak pernah tau,
aku terluka lebih parah kali ini.
Awalnya
aku menganggap kau adalah malaikatku, orang yang telah meghadirkan tawa dan
canda di hari-hari kelabuku, ternyata aku salah, kau sama, kau sama seperti
laki-laki lain. Kau meninggalkanku, kau meninggalkanku saat aku ingin bangkit
dari keterpurukan.
Minho berjalan menghampiri Sulli yang sedang
duduk melamun di bangku taman. Mata gadis itu terlihat hampa, tanpa semangat.
Minho semakin mendekat, ia mencoba
mengabaikan jantungnya yang terus menerus berdetak seperti genderang perang
yang ditabuh tak beraturan.
“Sulli-ya…”Sapa Minho ceria, mencoba
menyembunyikan guratan rasa gugup yang ia rasakan dalam hatinya.
Sulli menoleh pada Minho yang kini telah
duduk di sampingnya, tatapannya datar, tanpa semangat.
Minho merasa dadanya sangat sesak melihat
gadis pujaannya seperti mayat hidup, tanpa semangat, tanpa senyum ceria yang
biasa ia pamerkan.
“Sulli-ya, aku membawakan lili putih
kesukaanmu.” Ucap Minho dengan (mencoba) santai sambil menyerahkan seikat bunga
lili putih pada Sulli.
Mata Sulli berkaca – kaca, semua kenangan
(yang dulunya) indah tentang lili putih itu silih berganti menyergap
pikirannya. Ia tak dapat lagi menahan air mata, butiran-butiran bening itu
akhirnya turun dengan bebas melewati pipi putihnya.
“Sulli….” Ucap Minho lirih, ia tau ia salah
telah mengingatkan Sulli pada kenangan buruk tentang lili putih.
Sulli mengabaikan Minho yang mulai hawatir.
Ia segera meraih seikat lili putih di tangan Minho. Mencium aromanya sejenak,
kemudian mulai memandang langit lagi.
Minho memandang Sulli dengan tatapan nanar.
Hatinya benar-benar tersiksa melihat gadis pujaannya berubah menjadi gadis
tanpa semangat karena laki-laki lain.
“Sulli-ya…Aku akan selalu menjagamu…aku
berjanji padamu…aku akan menghadirkan senyuman ceriamu seperti semula. Aku
berjanji.” Kata Minho pada Sulli. Entah bisikan malaikat mana yang membuat
Minho berani berkata seperti itu. Bukankah selama ini ia seorang pengecut yang hanya bisa mengagumi
Sulli diam-diam, hanya bisa menyelipkan surat tanpa nama di loker Sulli.
Aku
mencintaimu. Sungguh. Aku yakin kau tahu itu. Namun kenapa semua harus berakhir
sesakit ini? Aku tak mengerti kenapa Nasib mempermainkanku seperti ini. Kenapa
aku (lagi-lagi) harus kehilangan?
“Kau tahu Minho-ya, terkadang kita tidak
boleh menyerahkan seluruh hati kita pada seseorang. Karena pada saat ia pergi
dan mengabaikanmu, kau akan mati, tanpa hati, tanpa rasa.” Kata Sulli tanpa
memandang Minho yang masih setia duduk di sampingnya.
Minho hanya memandang Sulli tanpa kata.
Memandang Sulli yang ia cintai (diam-diam). Memandang Sulli yang menawan ketika
angin musim semi menyibak rambut lurusnya.
“Kau begitu cantik, bahkan ketika kau tak
tersenyum kau masih terlihat cantik. Walaupun begitu, akutetap merindukan
senyummu.” Kata Minho lirih tapi Sulli masih mampu menangkap suara Minho itu.
Sulli menoleh sebentar, ia merasa tak
percaya dengan apa yang ia dengar. Tak ingin berkomentar apapun, tapi percaya
atau tidak kata-kata Minho tadi mampu membuat Sulli mengulum senyum meski
sangat tipis, seperti mantra.
Seharusnya aku
tak mengulang kebodohan yang sama. Terlalu percaya pada cinta dan membiarkanmu
masuk menerobos hatiku begitu saja.
Sulli melambaikan tangan pada Minho yang
telah menunggunya di bangku taman favorit mereka. Bangku taman yang menjadi
saksi bisu setianya Minho yang selalu menunggu Sulli yang sering duduk di
bangku itu lima bulan terakhir, untuk mengikis rasa sakit hati yang ia dapat
dari seorang laki-laki brengsek yang telah meninggalkannya untuk bersama gadis
lain.
Minho lega melihat Sulli berjalan mendekat
dengan wajah sumringah, dan senyum menawan. Old Sulli is back.
Ini sudah lima bulan lebih, akhirnya Minho
dapat melihat wajah sempurna pujaannya itu tersenyum. Hatinya merasa hangat.
“Bunga lili putih kesukaanmu.” Kata Minho
sambil menyerahkan seikat lili putih pada Sulli.
Tak seperti sebelumnya, kali ini Sulli
menerima bunga itu dengan senyum yang mengembang lebar di bibirnya. “Gomawo.”
Katanya
Hati Minho meleleh,
melihat mata gadis pujaannya telah bersinar seperti sebelumnya.
Perlahan minho
memegang tangan Sulli. Meski sedikit terperanjat, tapi Sulli mencoba tetap
biasa.
“Saranghe…” Kata
Minho dengan tatapan yang sangat dalam langsung ke mata Sulli.
Sulli merasa ada yang berdesir dalam
hatinya. Jantungnya berdetak kencang. Sudah lama ia tak merasa seperti ini.
Lidah Sulli kelu, ia tak mampu mengucap apapun.
“Sejujurnya, aku mencintaimu sejak lama.
Hanya saja aku telalu pengecut untuk mengungkapkannya padamu.” Kata Minho
mencoba menceritakan hatinya.
Sulli masih terus terdiam, tatapan mata yang
tadinya hangat berubah menjadi tatapan dingin.
“Aku tak memaksamu untuk menjawabku. Jika
kau ingin belajar agar terbiasa merasakan cintaku, aku tak akan keberatan.” Ucap Minho sekali lagi sambil mempererat
pegangan tangannya pada tangan Sulli.
Sulli tak berkomentar. Ia hanya mengangguk
perlahan. Dan itu sudah mampu untuk membuat Minho mengulum senyum kelegaan.
Cintanya terbalas, meski belum sepenuhnya.
Sejak dulu,
seharusnya aku tak melunakkan hatiku. Tak perlu mencoba mengertimu. Tak perlu
memerhatikanmu sedetail itu.
Semua cerita
manis yang kau tuliskan dilembaran hari baruku perlahan memudar. Semuanya
berlalu. Semuanya berakhir. Ini bukanlah akhir yang ku inginkan. Tapi sungguh,
ini tak dapat terelakkan.
Mataku hanya bisa
memandang nanar pada gaun pengantin yang telah kau pesankan untukku. Seharusnya,
hari ini kau sedang bersamaku. Berdiri di atas altar, mengikrarkan janji suci
sehidup semati. Tapi, kau malah pergi. Pergi meninggalkanku sendiri penuh luka yang
menganga.
Tujuh hari lagi.
Sulli tersenyum memandang kalender yang
berdiri di meja riasnya. Senyum mengembang bagai bunga di musim semi. Tujuh
hari lagi, gadis yang dulu hampir kehilangan kebahagiaan akan mengikrarkan
janji setia sehidup semati dengan pangeran penyelamat jiwanya, Minho.
“Yeoboseo Oppa” Suara renyah gadis itu
mengisi ruang kamar sempit miliknya ketika mendapati ponselnya berbunyi.
Matanya semakin bersinar ketika mendengar
suara lembut laki-laki di seberang sana yang menyapanya penuh kasih.
Minho, bagai anugerah bagai Sulli. Minho
mampu mengangkat Sulli dari masa-masa kelamnya. Minho mampu menghadirkan
pelangi keceriaan di hari-hari Sulli.
“Oppa akan menjemputmu chagi-ya.” Ucap Minho
di seberang teleponnya.
“Kemanakah Oppa?” mata Sulli membulat
bertanya-tanya.
Terdengar samar suara Minho terkekeh
membayangkan ekspresi penasaran kekasihnya.
“Oppa, kenapa malah tertawa?kita mau
kemana?” rengek Sulli manja.
“Bersiaplah chagi, Oppa akan segera
menjemputmu. Dandanlah secantik mungkin karena Oppa merindukanmu.” Kata Minho
kemudian memutuskan sambungan ponselnya.
Sulli hanya mampu tersenyum bahagia pada
dirinya sendiri. Tujuh hari lagi, ia akan menjadi pengantin. Tujuh hari lagi ia
akan menjadi seorang istri. Tujuh hari lagi ia akan menjadi wanita paling
bahagia.
Kau pernah
menjadi anugerah. Kau pernah menjadi malaikat penyelamat bagiku. Tapi semua
hanya semu. Kebahagiaan yang kau beri padaku, tak pernah menjadi kebahagiaan
abadi seperti yang pernah kau janjikan.
Aku kecewa.
Hatiku sangat hancur. Seharusnya hari ini aku telah menjadi istrimu. Namun, kau
malah meninggalkanku. Kau tak tahu, sejak hari kau meninggalkanku tujuh hari
yang lalu, aku selalu tersungkur di sudut kamarku. Meratapi takdirku. Berharap
semua hanya mimpi, dan kau masih berada di sampingku.
“Sulli-ya…kau sudah bangun?” Tanya ibu Sulli
panic ketika melihat Sulli mulai membuka matanya.
Ibu Sulli tak mampu menahan emosinya,
tangisnya pecah. Rasa-rasanya ia tak sanggup melihat putrinya menderita sekali
lagi.
“Umma, ini di mana? Mana Minho Oppa?” Tanya
Sulli pada Ibunya seketika ia sadarkan diri dari pingsan beberapa jam.
Ibu Sulli semakin tak bisa mengendalikan air
matanya. Ia tak akan mampu memberitahukan pada putri cantiknya tentang keadaan
calon suaminya.
Sulli semakin histeris saat Ibunya tak
memberikan jawaban. Ia mengingat semuanya, mengingat kejadian beberapa jam yang
lalu saat ia dan Minho menaiki mobil dalam perjalanan mengambil gaun pengantin
yang seharusnya ia gunakan pada pesta pernikahannya….. tujuh hari lagi.
Sulli mengingat saat tiba-tiba ada truk
besar yang keluar jalur. Sulli mengingat saat Minho membanting stirnya dan
mereka berteriak kencang saat mobil yang mereka kendarai menabrak pembatas
jalan kemudian terbalik. Sulli juga mengingat, sebelum ia tak sadarkan diri, ia
sempat melihat Minho diam saja, kepalanya mengeluarkan banyak sekali darah.
Sulli menggelengkan kepalanya,
“Tidak…jangan….Umma….Minho Oppa…”
“Chagi-ya, dia telah pergi. Biarkan dia,
ikhlaskanlah.” Kata Umma Sulli.
Sulli menangis sejadinya. Menyadari bahwa
calon suaminya telah tiada. Calon suami yang sangat ia cintai, yang akan
menikahinya tujuh hari lagi.
“Oppa….Minho….” Teriak Sulli mengelak dari
kenyataan yang terjadi.
Kau tak tahu. Air mataku selalu terurai tak
tertahankan semenjak kau meninggalkanku.
Suara hangatmu
selalu menyergap dalam mimpi malamku. Aku mencoba untuk menghardiknya, tapi tak
bisa, kau tetap hadir di mimpiku. Dulu, mimpi seperti itu merupakan mimpi
inidah. Namun, yang ada sekarang mimpi itu menjadi mimpi buruk. Ya mimpi buruk
karena kenyataannya aku tak akan pernah bisa melihatmu lagi. Aku tak akan
mendengar lagi suara hangatmu. Aku tak akan bisa menjadi istrimu, calon istri
yang kau tinggalkan tujuh hari yang lalu.
Bagaimana aku
bisa melupakanmu? Sedangkan kenangan kita selalu hadir bahkan ketika aku
menutup mata. Seandainya kau mengajarkanku cara untuk melupakanmu sebelum kau
pergi. Mungkin aku tak akan merasa sesakit ini. Seandainya kau mengajarkanku
cara untuk membencimu sebelum kau pergi, pasti aku tak akan terluka separah
ini. Kau terlalu sempurna di mataku, bahkan kau tak pernah memberiku celah
untuk mendapati keburukanmu. Kau terlalu indah, dan aku membenci itu sekarang.
Aku sadar aku tak
dapat berbuat apa-apa lagi karena kau sudah pergi seperti berengsek lain yang
meniggalkanku. Tapi yang perlu kau tahu, aku mencintaimu. Sangat mencintaimu.
Categories
choi jinri,
choi minho,
fanfiction,
minho choi,
minsul,
oneshot,
Romance,
sulli choi
[FANFICTION] My Only One | Chapter 7
Tittle: My Only One
Author: minRi minLi
Genre: Family Romance
Length: Sequel
Chapter 7: Awkward
Minho’s Pov
Aku baru sampai di lokasi shooting. Aku melihat sekeliling
mencari seseorang, tapi mataku tak menemukan keberadaanya.
Tak lama kemudian aku melihat sebuah mobil hitam memasuki
lokasi shooting, aku memperhatikan mobil itu, aku melihat seorang pria yang
tinggi dan sangat rapi turun dari mobil. Tapi tunggu, ternyata dia membukakan
pintu untuk seseorang yang masih berada di dalam. Itu seorang perempuan.
Mataku terbelalak ketika melihat siapa yang turun dari mobil
itu, Sulli, dia datang bersama seorang laki – laki? APakah dia sudah menikah
lagi ? Pertanyaan itu berkecamuk dalam hatiku
Aku melihat mereka tersenyum satu sama lain, aishhhh
menjijikkan, mereka bertingkah seperti sepasang remaja yang sedang jatuh cinta.
“Sulli…” Gamamku
Aku merasa ada sesuatu perasaan aneh dalam hatiku melihat
Sulli berdiri di sana dan tersenyum hangat pada lelaki lain, dulu senyum itu
hanya untukku.
“Aishhhh Choi Minho apa yang kau pikirkan, Sulli itu masa
lalu, tak usah pedulikan dia, itu hidupnya sendiri. Buakankah kau juga menyukai
Jiyeon ?” KAtaku meyakinkan diriku sendiri.
Sulli berjalan dan mata kami bertemu.
“Sial. Dia memergokiku.” Umpatku dalam hati
Sulli tak memandangku dan menundukkan wajahnya,dia berjalan lurus
tanpa mempedulikan aku.
“Aishhh perempuan satu ini benar-benar.” Gumamku dalam hati
Sulli’s Pov
( Backsong Suzzy Miss A- So Many Tears)
Aku melewati Minho tanpa melihatnya, rasanya aku tidak akan
mampu kalau harus melihat matanya.
PAndangan Minho sangat dingin terhadapku, hatiku terasa
sangat sakit dengan pandangan mata Minho. Walau bagaimanapun aku tak pernah
bersalah padanya, dia yang meninggalkanku, kenapa malah dia yang bersikap
dingin seperti ini padaku, ini semua seolah – olah aku yang bersalah dan
meninggalkannya.
“Nyonya Choi.” Sapa sang produser pada Sulli
“Annyeong.” Kata Sulli memberikan salam sambil membungkukkan
tubuh.
“Bagaimana, apakah kau sudah siap ?” tanya sang produser
Sulli mengangguk sambil tersenyum
“Nah itu actor Minho, ternyata dia sudah datang.” KAta sang
produser sambil memandang Minho yang masih berdiri dengan tatapan dinginnya.
Sulli mengikuti pandangan sang produser, tatapan Sulli
terlihat sedih.
“Minho-yah.” Panggil Produser sambil melambaikan tangan
sebagai isyarat agar Minho bergabung dengannya dan Sulli.
Minho berjalan agak ragu mendekat ke arah produser dan
Sulli.
Suasana kikuk terjadi diantara Minho dan sulli. Sulli lagi
lagi tak memandang Minho, begitupun dengan Minho, mereka hanya diam.
“Nyonya, ini actor kita, semoga kalian dapat bekerja sama
dengan baik.” Kata sang produser sambil menepuk bahu Minho
Keduanya, Sulli dan Minho hanya tersenyum.
“Mari kita mulai saja, Minho-yah, kau harus segera mengganti
kostummu, ikutlah dengan nyonya Choi, dia akan memilihkan kostum yang cocok.”
Kata Produser kemudian pergi menjauh dari mereka berdua dan menghampiri staff
yang lain.
Minho dan Sulli sekarang tinggal berdua, suasana di antara
mereka sangatlah canggung. Bahkan mereka tak tahu bagaimana caranya untuk
saling menyapa.
“Annyeong.” Kata Minho memulai pembicaraan meski terdengar
sangat kaku
“Annyeong.” Balas Sulli singkat
“Lama tak bertemu.” Minho berbasa basi
Sulli kali ini memberanikan diri memandang Minho.
“Kau terlihat lebih kurus.” Lanjut Minho
Sulli diam dan tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
“Ohh…” gumam Sulli lirih tapi masih mampu didengar oleh
Minho.
“Semoga kita dapat bekerjasama secara baik dan
professional.” Kata Minho pada Sulli.
“Ne.” Balas Sulli, kemudian berjalan menuju ruang make up.
Minho mengikuti Sulli dari belakang.
“Tatapan itu, sedikit
berbeda, dia menatapku dengan cara yang berbeda.” Kata Minho dalam Hati
Sulli melirik sekilas ke belakang dan melihat Minho
mengikutinya, Sulli tersenyum tipis.
Sulli dan Minho saat ini sedang berada di ruang Make Up,
Sulli menyerahkan kostum pada Minho dan menyuruhnya untuk mengganti bajunya
dengan kostum yang sudah Sulli pilihkan.
“Pakailah ini Oppa.” Kata Sulli sambil meneyerahkan Kostum
pada Minho
Minho menerima kostum itu dan mengganti bajunya. Ketika dia
keluar, dia sudah tak mendapati Sulli berada di sana. Tapi Sulli sedang
mengarahkan asistennya untuk menyerahkan kostum – kostum lain pada para actor
dan aktris yang terlibat.
Pukul 23.50 KST
Sulli sedang berada di pinggir jalan sepertinya dia sedang
menunggu taksi.
Minho’s Pov
Sulli, aku melihatnya sedang berdiri di tepi jalan menunggu
taksi. Apa yang harus aku lakukan, apakah aku pura – pura tak mengenalnya dan
membiarkannya saja. Tapi aku dan dia terlibat dalam satu produksi, bagaimana
bisa aku membiarkan dia sendirian berdiri di tepi jalan seperti itu.
“Minho-yah, dia adalah ibu dari putrimu.” Hati kecilku
berkata.
“Tapi Minho, kau tak boleh mendekat padanya, semua orang
mungkin saja akan curiga kalau kau dekat
– dekat dengannya. Jangan sampai tercipta skandal antara kau dan dia.” Satu sisi hatiku tak memperbolehkanku untuk
mendekat pada Sulli.
Minho menggeleng – gelengakan kepalanya, kemudian dia
berjalan menuju mobilnya dan berniat mengabaikan Sulli.
“Toloooooong.” Tiba – tiba terdengar suara wanita menjerit
meminta tolong.
Minho tak mempedulikannya dan mulai menjalankan mobilnya.
Categories
choi jinri,
choi minho,
f(x),
Family,
fanfiction,
idol,
minsul,
Romance,
SHINee,
story,
sulli choi
Langganan:
Komentar (Atom)























